Sebagaimana diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib mantu Rosulullah
Muhammad saw: “Surah al-Fatihah turun di Mekah dari perbendaharaan di
bawah.‘arsy’”
Riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih bertutur kepada kami: “Ayahku
bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala.puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam..Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan,
Riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih bertutur kepada kami: “Ayahku
bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala.puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam..Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan,
“Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rosulullah saw. bersabda saat Ubai
bin Ka’ab membacakan Ummul Quran pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada
di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat,
Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-sab’ul
matsani (tujuh kalimat pujian) dan al-Quran al-’Azhim yang diberikan
kepadaku.”
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan
terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat
yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah.
Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama
dari 114 surah dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang
diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al
Qur’an yang kemudian dirinci oleh surah-surah sesudahnya.
Surah Al-Fatihah adalah surah Makkiyyah, yaitu surah yang diturunkan di Mekkah sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surah ini berada di urutan pertama dari surah-surah dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-
orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu tercermin dalam ekstrak surah Al
Fatihah.[1]
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surah ini berada di urutan pertama dari surah-surah dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-
orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu tercermin dalam ekstrak surah Al
Fatihah.[1]
NAMA-NAMA LAIN SURAT AL-FATIHAH
Dinamakan surah Al-Fatihah — yakni Fatihatul Kitab — hanya secara
tulisan, dengan surah ini bacaan Shalat dimulai. Surah ini disebut juga
Ummul Kitab menurut Jumhur Ulama, seperti yang dituturkan oleh Anas, Al
Hasan, dan Ibnu Sirin.
Didalam sebuah Hadits Shahih pada Imam Turmuzi dan dinilai shahih
olehhnya, Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Alhamdu lillahi rabbil ‘alamina adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, Sab’ul Masani, dan Al-Qur’anul ‘Azim.”
Al-Fatihah disebut pula Alhamdu, juga disebut Assalat karena berdasarkan sabda Rasul dari Allah mengatakan :
“Aku bagikan shalat antara aku dan hambaku, menjadi dua bagian.
Apabila seorang hamba mengucapkan,”Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin, maka
Allah berfirman bahwa hambaku telah memujiku.” ( hadis)
Surah Al-Fatihah disebut juga Salat karena ia merupakah syarat dalam
shalat. Surah Al-Fatihah disebut juga Syifa, seperti yang disebutkan
didalam riwayat Ad-Darimi melalui Abu Sa’id secara marfu’. Yaitu :
“Fatihatul Kitab ( surah Al-Fatihah ) adalah obat penawar bagi segala jenis racun.”
Surah Al-Fatihah juga dikenal dengan Ruqyah, seperti yang disebutkan
didalam Hadits Abu Sa’id yang shahih, pada saat beliau membacakannya
untuk mengobati seorang laki-laki sehat ( yang tersengat kalajengking ).
Rsulullah SAW bersabda kepada Abu Sa’id ( Al Khudri ).
“Siapakah yang memberitahumu Bahwa Surah Al-Fatihah adalah Ruqyah?”
Asy Syabi meriwayatkan sebuah asar melalui Ibnu Abbas, bahwa Ia
menamakannya Assasul Qur’an (fondasi Al-Qur’an). Ibnu Abbas mengatakan
bahwa Fondasi Al-Qur’an adalah Bismilahi rahmanii rahiim.
Sufyan Ibnu Uyaynah menamakannya Al-Waqiyah, sedangkan Yahya Ibnu
Kasir menamakannya Al-Kafiyah. Karena surah Al-Fatihah sudah mencukupi
tanoa selainnya. Sedangkan surah selainnya tidak mencukupi tanpa Surah
Al-Fatihah. Seperti yang disebutka sebuah Hadits berpredikat Mursal
dibawah ini,
“Ummul Qur’an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.”
Surah ini dinamakan pula As-Salah dan Al-Kanz, kedua nama ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari dalam kitab Kasysyaf.
HADIS-HADIS YANG MENERANGKAN KEUTAMAAN SURAT AL-FATIHAH
Imam Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Hambal didalam kitab musnadnya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa’id dari Syu’bah
yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khubaib Ibnu Abdur
Rahman dari Hafz Ibnu Asim dari Abu Sa’id Ibnul Ma’la ra. Yang
menceritakan :
“Aku sedang shalat, kemudian Rasulullah SAW memanggilku tetapi aku
tidak menjawabnya hingga aku selesai dari shalatku lalubaku datang
kepadanya dan Ia bertanya “Mengapa engkau tidak segera datang kepadaku?,
aku menjawab ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya aku sedang shalat’
Rasulullah SAW bersabda “Bukankah Allah SWT telah berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasulnya apabila
Rasul kalian menyerukan suatu yang memberi kehidupan kepada kalian (Al
Anfal: 24). Kemudian Rasulullah SAW Bersabda : ” Sesungguhnya aku
benar-benar akan mengajarkanmu surat yang paling besar di dalan
Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari mesjid ini.” Lalu beliau memegang
tanganku ketika beliau hendak keluar dari mesjid, aku bertanya, “Wahai
Rasulullah sesungguhnya engkau telah mengatakan kepadaku bahwa engkau
akan mengajarkan kepadaku surat Al-Qur’an yang paling agung. Beliau
menjawab “Ya, Alhamdulilahi rabbil ‘alamin adalah Sab’ul Masani dan
Al-Qur’anul ‘Azim yang diturunkan kepadaku.”
Demikian pula seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari
Musaddad dan Ali Ibnul Madini l, keduannya dari Yahya Ibnu Sa’id
Al-Qattan, dengan lafaz yang sama. Imam Bukhari pun meriwayat kan Hadis
ini pada bagian lain daam tafsirnya. Dan diriwayatkan pula oleh Abu
Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari berbagi jalur melalui Syu’bah dalam
lafaz yang sama.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dan Imam Nasa’i secara
bersamaan, dari Abu Ammar Husein Ibnu Hurayyis, dari Al-Fadl Ibnu Musa,
dari Abdul Hamid Ibnu Ja’far, dari Al-Ala dari ayahnya, dari Abu
Hurairrah, dari Ubay Ibnu Ka’ab tang menceritakan bahwa rasulullah SAW
bersabda : ” Allah tidak menurunkan didalam kitab Taurat tidak pula
didalam kitab Injil hal yang semisal Ummul Qur’an, ia adalah As Sab’ul
Masani dan ia terbagi antara Aku ( Allah ) dan hamba-Ku menjadi dua
bagian.”
Imam Muslim didalam kitab shahih-nya dan Imam Nasa’i didalam kitab
sunan-nya telah meriwayatkan dari hadis Abul Ahwas Salam Ibnu Salim dari
Amman Ibnu Zuraiq, dari Abdullah Ibnu Isa Ibnu Abdur Rahman Ibnu Abu
Laila, dari Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan,
“Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW. Yang saat itu sedang
bersama malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara gemuruh
diatasnya, laly Jibril mngangkat pandangannya kelangit dan berkata, ’Ini
adalah suara pintu langit terbuka, pintu ini sama sekali belum pernah
terbuka’ lali turunlah seorang malaikat dan langsung datang kepada Nabi
SAW. dan berkata :
“Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan kepada-mu,
tiada seorang nabi pun sebelummu yang pernah diberi keduannya, yaitu
fatihatul kitab dan ayat-ayat terakhir sirat Al-Baqarah, tidak
sekali-kali kamu membaca satu huruf darinya, melainkan pasti kamu
diberikan (pahala)nya”
Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siaa shalat tanpa membaca Ummul Qur’an didalamnya, maka shalatnya khidaj – sebanyak tiga kali – yakni tidak sempurna”
“Barang siaa shalat tanpa membaca Ummul Qur’an didalamnya, maka shalatnya khidaj – sebanyak tiga kali – yakni tidak sempurna”